RSS

Sinopsis Novel

Masa Pemapanan 1986 Pertemuan Dua Hati NH 

Dini Novel ini menceritakan sorang guru, bernama bu Suci yang mempunyai 3 orang anak. Bu Suci merupakan sosok guru yang sangat sabar dan peduli terhadap anak didiknya. Ia mengajar selama 10 tahun di tanah kelahirannya, purwodadi. Kemudian ia pindah ke semarang karena suaminya yang dipindah tugas oleh perusahaannya. Kepindahannya itu membuat anak yang keduanya sakit-sakitan dan mengidap penyakit ayan atau epilepsi. Di semarang ia mengajar di sebuah SD Negeri. Namun ia hanya sebagai guru pengganti, karena kebetulan waktu itu ada seorang guru yang libur untuuk cuti hamil dan seorang guru lagi mengalami kecelakaan dan gegar otak. Bu suci mengajar 2 kelas. Di kelas tersebut terdapat siswa yang sukar bernama Waskito. Waskito merupakan anak seorang insinyur yang kaya. Namun waskito kekurangan kasih sayang, sehingga ia selalu membuat onar kelas, menganggu teman lainnya, memukul. Waskito merupakan seorang murid yang nakal dan tidak disukai oleh semua teman-temannya. Segalah tingkah lakunya aneh. Dia suka mengamuk seperti orang gila. Waskito merupakan anak yang nakal dan mempunyai kelainan semenjak kehadiran adiknya yang kedua.kehadiran adiknya yang kedua membuat Waskito hrarus dititipkan di rumah neneknya. Kasih sayang tidak pernah di dapat dari orang tuanya. Di rumah neneknya, ia mendapat banyak kasih sayang, sikap brutalnya berubah menjadi seperti anak lainnya yang baik hati. Di rumah neneknya ia dilatih hidup disiplin dan kerja keras. Namun karena hal itu, ibu Waskito beranggapan lain. Ia mengangap Waskito di pekerjakan , akhirnya ia dikembalikan lagi ke rumah orang tuanya. Di rumah orang tuanya, sikap Wsakito berubah lagi menjadi brutal. Kemudian dititipkan ke Bu Deh nya. Di Bu Deh nya ia mengurus anak-anak Bu Dehnya. Untuk hal tugas sekalipun, ia tidak mau mengerjakannya. Kepada siapa pun ia tidak pernah peduli dan menurut. Namun berkat kegigihan, kesabaran dan keuletan bu Siuci dalam membimbing dan mendidik, akhirnya Waskito menjadi seorang siswa yang normal seperti anak lainnya. Ia juga sering bercerita tentang keluarganya pada Bu Suci. Ia merasa mendapat kasih sayang. Tugas-tugas yang sebelumnya tidak pernah ia kerjakan, kini dikerjakan dengan baik. Sikapnya juga sudah banyak mengalami perubahan. Akhirnya ia pun naik kelas. Dan Bu Suci menjanjika untuk mengajak memancing di desanya, Purwodadi. Sang nenek dan kakek Waskito berterimakasih atas perubahan yang terjadi pada diri Waskito. Komentar : Novel ini berusaha memberikan pesan kepada guru agar kita tidak hanya mengajar namun juga mendidik. Penggambaran kepribadian yang menjadi lebih baik pada seorang Waskito juga patut diteladani. Teknik Cakapan Cakapan antar tokoh sering kali digunakan pengarang sebagai mediamengungkapkan jati diri tokoh. Percakapan pada teknik ini dapat dilakukanoleh 2 orang/lebih. Cakapan di bawah ini menggambarkan tokoh Waskitoyang cerdas.“Tidak ada orang yang baik atau pandai dalam segala-galanya.Kamu terampil dalam hal pertukangan, otakmu cerdas meskipun pelajaranmu biasa-biasa saja. N.H DINI lahir di Semarang tanggal 29 Februari 1936. Nama lengkap pengarang ini adalah Nurhayati Srihandini. Berpendidikan SMA kemudian Kursus Pramugari dan menjadi pramugari di GIA (1957-1960). Telah menulis sajak majalah Kisah Berdiri. Tokoh-tokoh Dini adalah wanita-wanita yang berjuang menegakkan harga dirinya di tengah kekalutan masyarakatnya. Perhatian pengarang ini terutama pada segi kejiwaan para pelakunya. Terlihat adanya sikap yang jelas dan tegas pada pengarang ini, bukan sekedar merekam pengalaman-pengalaman sehari-harinya seperti kebanyakan sastrawan seangkatannya. 


DeaLova Dyan Nuranindya

Karra, seorang siswi SMU Persada kelas 2 yang mempunyai sifat berbeda dengan gadis kebanyakan. Ia seorang yang tomboi, namun baik hati yang mempunyai hobi main basket. Karena hobinya tersebut, ia menjadi mahir dalam permainan itu dan dijadikan sebagai kapten basket tim putri di SMU Persada. Karra mempunyai seorang kakak berparas ganteng bernama Iraz. Iraz mempunyai seorang sahabat karib sekaligus teman nge-bandnya bernama Ibel. Ibel adalah sosok yang pendiam jago main gitar yang sering main di rumahnya Iraz. Keseringan Ibel main ke rumah Iraz membuat hubungannya dengan Karra semakin dekat. apalgi dengan kepergiannya Iraz untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Ibel selalu memberikan perhatian dan kasih sayangnya pada Karra. Ia selalu menjaga Karra dengan baik. Hal itu menumbuhkan rasa cinta pada Ibel. Namun Ibel selalu memendamnya, alhasil Karra yanguek tidak pernah mengetahui bahwa Ibel mencintainya. Karra hanya mengangap Ibel sebagai kakanya.
Sementara itu, Karra disibukkan dengan perlombaan basket. Perlombaan itu membuat ia harus sering latihan di lapangan basket SMU Persada. Di lapangan basket itu, pertemuannya dengan Dira dimulai, cowok baru yang super cool dan angkuh di mata cewek-cewek yang ada di sekolahnya. Pertemuan itu berawal dari ketika Karra berlatih basket di suatu sore, tiba-tiba datang seorang cowok yang tidak dikenalnya menantang untuk bermain basket dan mengejek permainan Karra sebagai seornag kapten. Karra emosi dan meladeni tantangan itu. Di akhir permainan itu dimenangkan oleh Dira. Dira mencium bibir Karra. Karra sangat terkejut dan menangis.
Karena kejadian itu, karra selalu mengingatnya. Dan semenjak itu Dira selalu menganggunya dan bersikap jahat, judes dan angkuh terhadap Karra. Karra semakin bingung dibuatnya. Karena kehebatan permainan basket Dirra, dia akhirnya juga menjadi kapten basket tim putra. Mantan tim basket marah dan mengeroyok Dira dengan memukuli dia dengan pemukul bassball. Karra yang ketika itu pulang sekolah melewati gerbong kereta mendengar suara Dira yang merintih. Karra mencari sumber suara itu dan di dapatinya Dira terluka parah berdara-darah. Karra menolongnya. Di situ Dira menyatakan perasaan Dira yang sebenarnya.
Semenjak kejadian itu Kara dan Dira menjalin hubungan cinta. Sementara itu hubungan Ibel dan Kara semakin menjauh karena hal itu. Hubungan cinta Kara dan Dira sellau diwarnai dengan pertengkaran. Karra tidak kuat, akhirnya suatu waktu mereka berjanji untuk tidak bertengkar lagi. Hubungan cinta mereka menjadi mesrah setelah itu,namun hal itu tidakl berlangsung lama. Karena tiba-tiba Dira sakit dan terkapar di rumah sakit. Ternyata dira mengidap penyakit kanker otak semenjak kecil. Itulah alasan ia bersikap seperti itu. Ia tidak bersemangat dalam menjalani hidup karena ia tahu bahwa ia hidup sudah tak lama lagi. Namun semenjak bertemu Karra ia menemukan sosok yang lain dari dalam diri Karra dan membuat bersemangat hidup. Semangatnya putus ketika tiba-tiba penyakitnya kambuh lagi. Dan akhirnya Dira meninggal. Karra sangat sedih dan terpukul. Ia tidak menyangkah secepat itu Dira meningglkannya.
Sejak kematian Dira, Ibel selalu menemani Karra dan mengibur Karra. Hal itu menjadikan hubungan mereka dekat kembali. Kesedihan Kara berangsur-angsur hilang. Apalgi ditambah dengan hadiah yang diberikan Ibel pada saat hari ullang tahunnya “kepulangan kakak nya dari luar negeri”. Mereka kemudian mengadakan liburan ke Bali di vila papa Ibel. Di Bali Ibel menyatakan perasaannya pada Kara. Kara pun menerimanya.
Komentar :
Dalam novel “Dealova” ditemukan banyak ragam bahasa. Bahasa yang di gunakan dalam novel ini adalah bahasa gaul yang biasa di gunakan berkomunikasi oleh kaum remaja. Novel ini menceritakan sebuah kisah cinta yang dialami seorang remaja. Juga menceritakan suatu kehidupan remaja yang tidak pernbah susah dan glamour. Halini disebabkan sudah bebasanya pengekspresian karya sastra. Dan juga karena si pengarang yang memang dilahirkan di Jakarta. Sehingga pengguanaan bahasa nya terpengaruh bahasa daerah Jakarta.
Biografi :
Lahir di Jakarta, 14 Desember 1985, bungsu dari dua bersaudara. Cewek yang lebih akrab disapa "Dichiel (Dyan Kecil) oleh teman-teman sekolahnya ini nggak pernah kepikiran untuk jadi penulis. Baginya, menulis merupakan bakat yang kelewat terpendam, tapi ternyata sekarang berhasil dia temukan. Sebenarnya hobinya adalah menggambar. Nggak heran dia pernah menyabet Juara I Lomba Poster sewaktu SMP dan memperoleh beberapa penghargaan. Berbagai kegiatan pernah digelutinya. Mulai dari dunia tarik suara sampai pecinta alam yang membuatnya menyukai dunia panjat tebing.Cewek lucu berbintang Sagitarius ini paling suka nyobain hal-hal baru. Makanya nggak jarang muncul pemikiran "ajaib" dari otaknya. Dichiel suka sekali tokoh kartun Marvin the Martian walaupun dia sangat membenci warna hijau di dalam kamar.



Nh. Dini
PADANG ILALANG DI BELAKANG RUMAH

Padang ilalang di belakang rumah adalah karya dari Nh. Dini yang bernama lengkap Nurhajati Srihardini. Lahir di Semarang, 29 Februari 1936. Berpendidikan SMA bagian sastra 1956, kemudian kursus pramugari darat GIA Jakarta 1956 dan kursus B-1 Sejarah 1957. Nh. Dini pernah bekerja di GIA Kemayoran dan menikah dengan diplomat Perancis Yves Coffin yang membawa Dini berpindah-pindah tempat, Jepang, Filipina, Kamboja, AS, Perancis. Setelah bercerai Dini kembali ke Semarang. Cerita Kenangan Nh. Dini ini diterbitkan pertama oleh PT Dunia Pustaka Jaya 1979. Termasuk dalam Masa Pemapanan Sastra Indonesia (1965-1998). Berikut adalah sinopsis dari novel Padang Ilalang di Belakang Rumah :
Belanda meninggalkan kota Dini. Rakyat merampok isi gedung yang bisa mereka buka. Kemudian Jepang masuk dan kota jatuh pada tangannya tanpa ada yang melawan. Jepang menyusun kembali kegiatan hidup penduduk. Tiba-tiba beberapa serdadu Jepang ada di belakang Rumah Dini dengan memotong ilalang di padang yang membatasi kebun dengan sungai milik Dini. Orang kampung bergegas menyaksikan para pendatang itu. Tanpa kesopanan sedikitpun serdadu Jepang itupun mematahkan bilah-bilah bambu serta tanaman yang menjadi pagar dan menuju ke tempat ayah Dini berdiri. Ayah Dini tidak ingin terlalu lama meladeni serdadu itu sehingga ia mengusirnya.
Dalam suasana kemiskinan yang menyeluruh itu, Dini kecil tetap tumbuh dalam kasih sayang dan kearifan kedua orangtuanya, dipedulikan dua kakak perempuan yang bertindak sebagai pengasuhnya, dan bercampur bibit-bibit keegoisan dua pria remaja kakak lelakinya, kemudian ditambah kehadiran dua adik sepupu perempuan yang akan menjadi sahabatnya. Dirumah dini ada dua orang pembantu. Pembantu pertama namanya Simbok, seorang perempuan tua yang dianggap sebagai anggota keluarga sendiri. Yang kedua adalah seorang wanita muda dengan anak perempuannya. Kakak sulung Dini bernama Heratih yang biasa dipanggil Pah atau Tampah oleh adik-adiknya, yang kedua bernama Nugroho yang mendapat julukan Manu Pedet, yang ketiga bernama Maryam atau genuk, kenapa dipanggil genuk? Karena sewaktu kecil tubuhnya gemuk sekali dan Ibu teringat pada tempat menyimpan air yang mengembung. Dan yang keempat itu Teguh, nama julukannya adalah Banteng Kejepit. Karena Teguh pernah diramal dan lambangnya adalah seekor Banteng. Terlihat oleh Dini sebuah gambar pohon beringin dengan seekor Banteng kejepit. Kata peramal itu suatu ketika dalam hidupnya nanti Teguh akan menemui rintangan tapi karena kegigihannya dia bisa melepaskan diri dari rintangan itu. Dan anehnya ramalan itu benar terjadi, Teguh terjepit diantara cabang pohon belimbing ketika mengambil buah belimbing untuk rujak Bibinya. Sampai akhirnya dengan terpaksa agar Teguh bisa keluar, ayah dan paman memotong satu cabang pohon belimbing yang umurnya sama dengan Heratih itu.  Sejak peristiwa itulah Teguh mendapat julukan banteng kejepit.
Dini bersekolah di sekolah rakyat Pendrikan Tengah. Disamping sekolahnya terdapat gedung kecil yang bernama Eka Kapti. Disanalah Dini menerima pendidikan tari dan gending. Sedangkan Heratih selesai sekolah dan mendapat pekerjaan di kantor telepon dekat alun-alun. Setiap akhir bulan setelah menerima gaji masing-masing adiknya mendapat sepuluh sen berupa lempengan logam putih, yang makin lama menjadi uang kertas bertuliskan angka lebar dan besar. Dan Akirnya Heratih menikah dengan kepala kantor telepon di Kendal yang bernama Utono, atau Mas Ut. Ayah Dini bekerja di Stasiun Kereta Api. Gajinya semakin hari semakin tidak mencukupi kebutuhan. Perubahan ini tidak hanya dirasakan oleh keluarga Dini tapi oleh semua orang di tanah air menderita. Keadaan dan sistem sosial berjalan bersama propaganda bahwa semua orang sama derajatnya. Demi membantu perekonomian keluarga akhirnya Ibu membatik dan menerima pesanan kue.
Adik Ibu Dini yang bernama Iman suhjahri (Bibi) dan suaminya (Paman) pindah dari Jawa Timur ke Semarang. Paman bukan orang terkenal namun penjajah melakukan pengawasan dari dekat terhadap semua orang yang menjadi anggota perkumpulan nasional. Mereka mempunyai dua orang anak. Anak pertamanya Edi Sedyawati dan Suci Astutiwati. Edi bisa dibilang adalah sepupu yang sangat akrab dan dekat hubungannya dengan Dini. Mereka sering menonton wayang orang bersama dari malam sampai pagi hari dan kemudian didalam kamar mereka menirukan serta mengulangi gerak tarian, percakapan dan bunyi gamelan tokoh wayang orang yang mereka tonton tadi malam.
Suatu hari kepala kampung mendapat perintah dari orang-orang Jepang yang berkuasa, agar penduduk menyerahkan semua barang berharga yang mereka miliki. Patung-patung dan barang besi yang menjadi hiasan kota telah diambil tentara Jepang. Semua barang itu digunakan untuk dicairkan kembali dan dijadikan senapan atau senjata perang lainya. Dengan berat hati akhirnya Ibu Dini melepaskan peniti emas dari kebaya dan dua cincin untuk diserahkan pada tentara Jepang. Kemakmuran dan kebebasan yang diharapkan rakyat ketika ditinggal penjajah Belanda hanyalah janji belaka dan keprihatian kembali datang.
Suatu malam penduduk kampung berlarian dan berteriak, dari arah kampung menuju ke Padang Ilalang dibelakang rumah Dini. Semua orang di dalam rumah Dini panik dan segera mengemasi barang berharga yang tersisa, pakaian, dan makanan untuk keperluan mengungsi. Tetapi setelah Ayah Dini mendapat informasi kalau banyak orang yang tetap tinggal dirumah, akhirnya keluarga Dini pun tidak jadi mengungsi. Pemberontakan itu terjadi di kalangan pemuda PETA terhadap pemerintah Jepang. Mereka berbalik melawan guru dan pendidiknya sendiri. Tentara dan polisi Jepang tidak membedakan pemberontak dengan penduduk biasa. Semua ornag yang lewat di jalanan dan yang dicurigai ditembak mati. Siutan peluru dari segala penjuru membuat Dini dan keluarga ketakutan. Cukup dengan sedikit nasib buruk siapapun akan bisa menjadi kurban tanpa pilih-pilih. Kemudian diumumkan di radio bahwa pemberontakan sudah dapat dipadamkan. Semua keluarga selamat dan mengis bahagia bersama. Tapi bulu kudu merinding ketika melihat sungai penuh bangkai manusia yang berbau busuk, jalanan penuh mobil dan kendaraan yang rusak serta terbakar.
Dini tidak akan melupakan peristiwa itu seumur hidup. Namun kehidupan terus berlangsung. Keadaan bisa tenang. Sekolah, pasar dan kantor sudah siap melayani kebutuhan penduduk. Semuanya nampak berjalan kembali mengikuti aliran yang akan menjadi sejarah.
Kisah ini adalah lanjutan dari buku pertama seri Cerita Kenangan Sebuah Lorong di Kotaku, yang menceritakan perjalanan hidup Nh.Dini. Periode ini meneruskan perkembangan kepekaan Dini, baik dalam menanggapi sifat-sifat manusia di lingkungannya, maupun arahan pendidikan kemanusiaan dan kebudayaan dari orangtuanya. Menurut saya, bahasa yang digunakan dalam cerita ini sudah baik dan mudah dimengerti oleh pembaca meskipun ada bebrapa kata yang harus dicari maknanya. Alur cerita yang dipakai juga sudah sejalan dan sesuai dengan pemikiran  pembaca. Dalam novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama (Aku). 
St. Takdir Alisyahbana
LAYAR TERKEMBANG

Layar Terkembang adalah roman bertendens yang dianggap sebagai puncak karya sastra Pujangga Baru. Diterbitkan pertama tahun 1937. Termasuk dalam Masa Pertumbuhan Sastra Indonesia (1900-1945). Merupakan karya St. Takdir Alisyahbana. Sosok pribadi yang terpelajar dengan semangat intelektualitas tinggi. lahir di Natal, Sumatra Utara, pada tanggal 11 Februari 1908 dan meninggal di Jakarta 17 Juli 1994. St. Takdir pernah menjadi guru (1928-1929) dan pernah menjadi redaktur balai pustaka. Layar terkembang ini merupakan roman yang dianggap keras (Jassin 1967a85) karena tokoh terdesak oleh gagasan pengarang yaitu kaum perempuan hendaknya bisa berperan aktif diluar rumah seperti laki-laki. Sedangkan ketika para pakar membaca novel Layar Terkembang mereka menyimpulkan tentang kisah cinta tokoh-tokoh muda Tuti, Maria, dan Yusuf. Berikut adalah sinopsis dari novel Layar Terkembang :
Raden Wiriaatmadja memiliki dua orang anak gadis yang sifatnya sangat berbeda, yaitu Tuti dan Maria. Tuti anak tertuanya berusia dua puluh lima tahun sedangkan adiknya Maria berusia dua puluh tahun. Tuti menjadi guru di sekolah H.I.S Arjuna di Petejo, sedangkan Maria masih menduduki bangku sekolah di H.B.S Carpenter Althing Stichting kelas terakhir. Tuti adalah seorang gadis yang sikapnya selalu serius dan tidak mudah kagum melihat sesuatu. Segala sesuatu diukur dengan kemampuannya sendiri sehingga ia jarang memuji. Namun, Tuti sangat perpendirian teguh dan aktif dalam berbagai organisasi wanita. Ia pandai bercakap serta aktif dalam memberikan orasi-orasi tentang persamaan hak kaum wanita. Anak keduanya adalah Maria. Ia memiliki sifat yang lincah, sangat periang dan suka bicara seenaknya sendiri. Maria seorang gadis yang mudah memuji dan mudah bergaul sehingga tak heran jika Maria mempunyai banyak teman. Berbeda dengan kakaknya, Maria tidak mengikuti organisasi apapun.
Pada suatu sore tepatnya hari Minggu, kedua bersaudara ini pergi ke pasar ikan. Ketika mereka sedang melihat ikan-ikan dalam akuarium tak sengaja Maria melihat seorang pemuda tampan. Pemuda itu memandang Maria dan Maria pun tersenyum tersipu malu. Setelah beberapa lama mereka melihat dan mengamati ikan-ikan, merekapun keluar menuju sepeda masing-masing.  Pemuda itu menghampiri Tuti dan Maria dan merekapun berkenalan. Sosok pemuda itu bernama Yusuf. Putra Demang Munaf di Martapura Sumatra Selatan. Ia adalah seorang mahasiswa kedokteran di Sekolah Tabib Tinggi. Pada hari itu juga, Yusuf menemani sekaligus mengantarkan kedua gadis itu sampai di rumah mereka. Pertemuan pertamanya, membuat Yusuf selalu membayangkan Maria yang mukanya berseri-seri, matanya memancarkan keceriaan dan bibirnya yang selalu tersenyum indah membuat pemuda itu merasa senang berada didekatnya dan ia menaruh hati kepada Maria.
Keesokan harinya Yusuf berangkat sekolah dan ia berharap akan bertemu kembali dengan Maria dan Tuti. Tanpa disangka-sangka takdir kembali mempertemukan Yusuf dengan Maria di depan Hotel Des Indes. Setelah bercaka-cakap, Yusuf menyuruh Maria masuk dalam salah satu organisasi wanita bangsa karena zaman sekarang bukan waktunya para pemuda pemudi untuk berdiam diri. Mendengar nasihat Yusuf itu, Mariapun ingin mencobanya. Setelah pertemuannya dengan Maria pagi itu, Yusuf menjadi lebih sering berkunjung ke rumah mereka. Beberapa waktu kemudian Yusuf dan Maria sepakat untuk menjalin hubungan cinta. Hari-hari Maria penuh kehangatan bersama Yusuf. Sementara itu, Tuti yang melihat hubungan cinta kasih adiknya, sebenarnya ingin juga memiliki seorang kekasih. Apalagi setelah ia menolak Supomo, pemuda yang baik dan sudah lama memendam cinta kepada Tuti. Tuti takut menyakiti Supomo seperti yang ia lakukan dulu ketika memutuskan hubungan pertunangannya dengan pemuda yang bernama Hambali. Sejak peristiwa itu hari-harinya disibukkkan dengan kegiatan organisasi Kongres Putri Sedar sehingga ia sedikit melupakan angan-angannya tentang seorang kekasih.
Pada suatu hari keluarga Raden Wiraatmadja dikejutkan oleh hasil diagnosa dokter yang menyatakan bahwa Maria mengidap penyakit TBC. Semakin hari kesehatan gadis itu semakin melemah. Sebelunya Maria juga mengidap penyakit malaria. Dokter yang merawatnya menyarankan agar Maria dibawa ke rumah sakit TBC di Pacet Jawa Barat. Hal ini membuat Yusuf merasa sedih. Pemuda itu mendampingi kekasih hatinya dengan setia. Namun, penyakit TBC yang diderita Maria tidak juga mengalami perubahan. Penyakit Maria semakin parah ditambah dengan penyakit malaria nya yang mulai menyerang seluruh tubuhnya.
Setelah Tuti mengikuti Kongres Putri Sedar, didalam kereta api jurusan Bandung menuju Cianjur Tuti teringat akan keadaan adiknya. Hampir sebulan mereka tidak bertemu. Ketika di Bandung ayahnya pernah mengatakan bahwa keadaan Maria masih seperti biasa, belum kelihatan tanda-tanda untuk membaik. Ia ingin sekali bertemu dengan Maria. Hujan turun begitu besar. Beberapa lama kemudian sampailah Tuti di stasiun Sindanglaya. Yusuf, Saleh dan Ratna telah menjemputnya. Mereka berempat naik taksi dan pergi menuju ke rumah Saleh di Sindanglaya.
Maria tetap terbaring di rumah sakit. Matanya memandang jauh ke depan. Sesekali ia ingat pada kekasihnya Yusuf yang sudah seminggu lamanya di Sindanglaya. Teringat lagi masa bahagianya ketika ia mulai bertunangan dengan Yusuf. Beberapa kali ia membaca surat dari yusuf yang berisi semangat kepada Maria agar lekas sembuh dan tetap kuat. Yusuf akan mempelajari penyakit TBC dan dia sendiri yang akan menyembuhkan penyakitnya.
Maria mulai lega ketika permintaan Maria dikabulkan oleh Dokter Pimpinan Rumah Sakit. Ia ingin tunangan dan saudaranya boleh menjenguknya tiap hari.Maria dan yusuf bolak-balik Sindanglaya Pacet. Hal itu membuat Tuti dan yusuf semakin akrab. Perjalanan di tanah Pegunungan, melihat indahnya pemandangan sawah yang hijau ditambah dengan udara yang sejuk membuat Tuti merasa bahwa Yusuf mempunyai pengaruh besar dalam hidupnya.
Tak lama kemudian Maria pun meninggal dunia. Sebelum ia menghembuskan nafasnya yang terakhir, ia meminta kekasihnya untuk menerima Tuti sebagai penggantinya. Setelah Maria meninggal dunia, Tuti dan Yusuf menjalin hubungan layaknya seorang kekasih. Dan mereka pun sepakat untuk menikah.
Pada novel ini melukiskan perjuangan wanita Indonesia beserta cita-citanya terutama tokoh Tuti. Diawali dengan dua orang bersaudara yang memiliki pendidikan menengah dengan sifat berbeda. Maria, adalah gadis yang lincah dan periang, sedang Tuti, kakaknya, selalu serius dan aktif dalam berbagai kegiatan wanita dan memperkenalkan masalah wanita Indonesia yang mulai merangkak pada pemikiran modern. Kaum wanita mulai bangkit untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai wanita, berwawasan luas, serta bercita-cita mandiri. Sudah jelas Sultan Takdir menghendaki wanita yang tidak hanya memikirkan diri sendiri seperti Maria (mungkin itu sebabnya Maria dimatikannya). Roman ini menampilkan cinta kasih antara Yusuf, Maria, dan Tuti. Keseluruhan Bahasa dalam novel ini sudah cukup dimengerti hanya saja masih ada kata atau kalimat yang kurang teratur (tidak sesuai dengan EYD) sehingga terkadang sulit untuk mencerna maksudnya.

Abdul Moeis
SALAH ASUHAN
Novel Salah Asuhan ini karangan Abdul Moeis. Pengarang ini Lahir di Solok Sumatra Barat, 1886 dan meninggal di Bandung 17 Juli 1959. Berpendidikan Kedokteran STOVIA Jakarta. Pernah menyadi wartawan, anggota Syarikat Islam, dan pernah menjadi anggota DPR. Namanya terkenal karena Novel ini. Novel Salah Asuhan adalah buku kedua yang dianggap paling berhasil terbitan Balai Pustaka setelah Siti Nurbaya. Sehingga termasuk dalam Masa Pertumbuhan Sastra Indonesia (1900-1945). Ajip Rosidi (1969:28) mengatakan bahwa roman ini penting dari pada roman yang lain karena pengarangnya lebih realistis dan tidak terbatas mengungkapkan masalah kawin paksa.
Sayang sekali novel yang kita kenal sekarang ini tidaklah sama dengan aslinya yang disodorkan pengarang kepada redaksi Balai Pustaka pada mulanya. Penyelesaian jalan ceritanya diubah. Berikut adalah sekilah sinopsis dari Novel Salah Asuhan :
 Laki-laki muda asli Solok, Sumatra Barat bernama Hanafi. Ibunya menyekolahkannya di HBS Jakarta dengan harapan nantinya akan menjadi orang yang terpandang. Setelah tamat sekolah ia kembali ke Solok karena Ibunya sudah tua dan tidak ingin berpisah dengan anak semata wayangnya itu. Hanafi merupakan Pemuda yang berpendidikan tinggi dan berpikir modern. Bahkan ia cenderung memandang rendah adat dan tradisi daerahnya sendiri.
Dari kecil Hanafi berteman dengan Corrie du Bussee, gadis Indo-Belanda yang lincah dan cantik parasnya. Ayah Corrie berasal dari Perancis dan Ibunya orang Indonesia. Tak heran jika ia menjadi dambaan setiap pria yang mengenalnya. Karena selalu bersama mereka pun saling mencintai. Tapi cinta mereka tidak dapat disatukan karena perbedaan bangsa, Corrie menyadari kalau Hanafi adalah orang melayu. Jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda maka mereka akan dijauhi oleh para sahabatnya dan masyarakat. Karena mengetahui hal itu Corrie pun meninggalkan Minangkabau dan pergi ke Betawi. Perpindahannya itu sengaja dilakukan untuk menghindar dari Hanafi agar hanafi tidak dijauhi masyarakat dan sahabatnya, sekaligus ia meneruskan sekolahnya.
Akhirnya ibu Hanafi mempunyai rencana untuk menikahkan Hanafi dengan gadis Minangkabau yang sederhana, berperangai halus, sifatnya lemah lembut, dan gadis yang taat pada tradisinya, Rapiah namanya. Ibu Hanafi ingin menikahkan Hanafi dengan Rapiah untuk membalas budi pada ayah Rapiah yang telah membantu membiayai sekolah Hanafi. Awalnya Hanafi menolak keinginan Ibunya, karena Hanafi hanya mencintai Corrie. Tapi Ibu nya selalu meminta Hanafi untuk mau menerima Rapiah sebagai istrinya. Akhirnya ia pun menikah dengan Rapiah. Mereka dikaruniai sanak laki-laki bernama Syafei. Karena dari awal Hanafi tidak mencintai Rapiah, di rumah Rapiah hanya diperlakukan seperti pembantu, Hanafi tidak memerlakukan Rapiah layaknya seorang istri. Apalagi jika teman Hanafi orang Belanda datang kerumahnya, Hanafi menganggap Rapiah itu tidak ada dan menjadi penghalang pergaulannya dengan orang-orang Eropa.
Suatu hari Hanafi digigit anjing gila, untuk kesembuhannya dia harus berobat ke Betawi. Di Betawi Hanafi dipertemukan kembali dengan Corrie. Rasa cinta yang dulu sempat terhalang akhirnya bersatu. Hanafi menikah dengan Corrie. Kemudian Hanafi mengirim surat pada ibunya bahwa dia menceraikan Rapiah. Mendengar hal tersebut Ibu Hanafi dan Rapiah sangat sedih. Akan tetapi walaupun Hanafi seperti itu Rapiah tetap sabar dan tetap menemani Ibu Hanafi. Setelah menjalani hidup baru bersama Corie, ternyata perkawinannya tidak bahagia, sampai-sampai Corrie dituduh oleh Hanafi suka melayani laki-laki lain. Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi dari rumah menuju Semarang. Ketika disana Corrie sakit Kholera dan meninggal dunia. Hanafi sangat menyesal telah menyakiti hati Corrie dan sangat sedih atas kematian Corrie.
Hanafi pulang kembali ke kampung halamannya dan menemui ibunya, disana Hanafi hanya diam dan tidak bergairah. Seakan-akan hidupnya sudah tidak ada artinya. Kemudian Hanafi mengakhiri hidupnya dengan minum racun, dan meninggal dunia.
Dalam Novel ini pengarang lebih mengungkapkan masalah pertemuan budaya Eropa dengan anak-anak bangsa yang mengakibatkan pola pikir dan gaya hidup modern generasi muda bangsa. Judul novel Salah Asuhan ini mungkin diambil dari ceritanya yang menceritakan kedurhakaan anak pada ibunya. Disini juga dijelaskan adanya orang yang melupakan adat istiadatnya sendiri. Tampak ada kecenderungan masyarakat untuk memandang segala yang datang dari luar negeri adalah kelebihan yang tak dapat ditawar-tawar sedangkan budaya bangsa sendiri sering diremehkan. Gejala itu memang sudah terjadi sampai saat ini, dan Salah Asuhan inilah yang menceritakan kalau gejala ini ada sejak puluhan tahun silam. Jika dilihat dari Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Salah Asuhan ini cukup sulit untuk diartikan. Karena novel ini adalah novel lama dan di dalamnya juga terdapat bahasa Belanda.

Armijn Pane
Novel Belenggu
Belenggu ini adalah hasil karya Armijn Pane. Berpendidikan HIS, ELS, STOVIA Jakarta (1923), NIAS Surabaya (1927), dan AMS-A Solo (1931). Armijn Pane pernah menjadi wartawan di Surabaya, guru Taman Siswa, sekertaris dan redaksi Pujangga Baru, serta pernah menjabat sebagai ketua Bagian Kesusastraan Pusat Kebudayaan. Dan masih banyak prestasi yang beliau dapat. Dia terkenal dengan roman Belenggu ini. Belenggu masuk dalam Masa Pertumbuhan Karya Sastra Indonesia (1900-1945) karena di terbitkan pada tahun 1940, tepatnya angkatan Pujangga Baru. Novel ini mendapat sambutan hangat dari para penikmat karya sastra, ada pro dan kontra. Menurut Theeuw bentuk dan isi novel ini bersifat baru, mendasarkan kupasan jiwa, tidak menggunakan hal-hal atau peristiwa di luar diri pelaku sehingga mengupas ungkapan perasaan, pikiran dan  perjuangan batin pelaku. Namun Jassin tidak menganggap baru karena melukiskan keadaan kehidupan sehari-hari. Adapun sinopsis dari novel Belenggu ini :
Terdapat dua orang sepasang suami istri yang tidak mencintai satu sama lain. Dokter Sukartono dengan Sumartini atau panggilannya Tini, seorang perempuan berparas ayu, pintar, serta lincah. Mereka berdua menikah dengan alasan masing-masing. Dokter Sukartono menikahi Sumartini karena karena menganggap bahwa Sumartini bisa membantu pekerjaannya sebagai seorang dokter. Sedangkan Sumartini menikah dengan Dokter Sukartono hanya untuk melupakan masa lalunya yang kelam. Jadi, keduanya menikah tidak atas dasar saling mencintai.
Pernikahannya tidak bahagia, mereka tidak pernah akur. Mereka tidak pernah bertukar pikiran. Masalah yang mereka hadapi tidak pernah di pikirkan dan dipecahkan bersama-sama sebagaimana layaknya suami istri. Masalahnya diselesaikan sendiri-sendiri. Mereka sering salah paham dan suka bertengakar. Itulah sebabnya keluarga mereka tampak hambar dan tidak harmonis. Ketidakharmonisan keluarga mereka semakin terlihat  karena Dokter  Sukartono lebih memperhatikan dan mementingkan pekerjaannya. Bisa dibilang dia dokter yang bertanggung jawab. Dia bekerja tanpa kenal waktu. Jam berapa saja ada pasien yang membutuhkannya, dia dengan sigap berusaha membantunya. Akibatnya, dia melupakan kehidupan rumah tangganya sendiri dan dia sering meninggalkannya istrinya sendirian dirumah.
Dokter Sukartono sangat di sukai oleh pasiennya salah satunya karena kedermawanannya. Dia tidak hanya menolong pasien yang membutuhkan pertolongannya, tetapi ia juga tidak meminta bayaran kepada pasien yang tak mampu. Kesibukan Dokter Sukartono yang tak kenal waktu tersebut semakin memicu pertengkaran dalam rumah tangga. Menurut Sumartini, Dokter Sukartono sangat egois. Sumartini merasa telah disepelekan dan merasa bosan karena selalu ditinggalkan suami yang selalu sibuk menolong pasien-pasiennya. Dia merasa dirinya telah dilupakan dan merasa derajatnya sebagai seorang perempuan telah diinjak-injak sebagai seorang istri. Tiap hari mereka bertengkar, masing-masing tidak mau mengalah dan merasa paling benar.
Suatu hari Dokter Sukartono mendapat panggilan dari seorang wanita yang mengaku dirinya sedang sakit keras. Wanita itu meminta Dokter Sukartono datang kehotel tempat dia menginap. Dokter Sukartono pun datang ke hotel tersebut. Setelah tiba dihotel, dia merasa terkejut, sebab pasien yang memanggilnya adalah Yah atau Rohayah, wanita yang telah dikenalnya sejak kecil dan dulu menjadi teman sekelasnya sewaktu masih bersekolah di Sekolah Rakyat. Yah sekarang sudah menjadi janda. Dia korban kawin paksa. Karena tidak tahan hidup dengan suami pilihan orang tuanya, dia melarikan diri ke Jakarta dan menjadi wanita panggilan. Yah sebenarnya sejak dulu mencintai Dokter Sukartono. Dia sering menghayalkan Dokter Suartono sebagai suaminya. Akhirnya, dia mencari alamat Dokter Sukartono dan berhasil menemukannya. Karena sangat merindukan Dokter Sukartono dia menghubunginya dan berpura-pura sakit.
Kemudian Yah menggoda dan merayu dokter Sukarto. Tidak perlu heran dengan rayuannya yang lihai karena kemahiran dalam merayu adalah salah satu modal pekerjaan yang dilakukannya selama di Jakarta. Awalanya Dokter Sukartono tidak tergoda akan rayuannya, namun karena Yah sering meminta dia untuk mengobatinya, lama kelamaan Dokter Sukartono mulai tertarik pada Yah. Yah dapat memberikan kasih sayang yang sangat dibutuhkan oleh Dokter Sukartono yang selama ini tidak diperoleh dari istrinya. Karena Dokter Sukartono tidak pernah merasakan ketentraman dalam rumah tangganya. Sejak itulah dia sering mengunjungi Yah. Dia mulai menganggap hotel tempat Yah menginap sebagai rumahnya yang kedua.
Suatu hari hubungan mereka diketahui oleh Sumartini. Betapa panas hatinya ketika mengetahui hubungan gelap suaminya dengan wanita yang bernama Yah. Secara diam-diam Sumartini pergi kehotel tempat Yah menginap. Dia berniat memaki Yah karena telah mengambil dan menggangu suaminya. Akan tetapi, setelah bertatap muka dengan Yah, perasaan dendamnya menjadi luluh. Kebencian dan amarahnya tiba-tiba lenyap. Yah merupakan seorang wanita yang lembut dan ramah. Tini merasa malu pada Yah. Dia merasa bahwa selama ini tidak dapat berlaku seperti Yah yang sangat didambakan oleh suaminya. Sepulang dari pertemuan dengan Yah, Tini mulai berintropeksi diri. Dia merasa belum pernah memberi kasih sayang yang tulus pada suaminya. Dia merasa telah gagal menjadi Istri. Akhirnya, dia mutuskan untuk berpisah dengan Suaminya. Dokter Sukartono meminta maaf pada istrinya dan berjanji untuk mengubah sikapnya. Namun, keputusan Tini sudah bulat. Dokter Sukartono tak mampu menahannya. Permintaan Tini untuk berpisah dengan berat hati dipenuhi oleh Dokter Sukartono meskipun sebenarnya dia tidak mengharapkan terjadinya perceraian.
Akhirnya mereka bercerai. Betapa sedih hati Dokter Sukartono akibat perceraian tersebut. Hatinya bertambah sedih ketika Yah juga pergi dan hanya meninggalkan sepucuk surat. Yah akan meninggalkan tanah air selama-lamanya dan pergi ke Calidonia. Sedangkan Tini  pergi ke Surabaya dan mengabdi pada sebuah panti asuhan yatim piatu,  Dua wanita yang pernah singgah dihatinya telah meninggalkannya. Dokter Sukartono merasa sedih dalam kesendiriannnya.
Roman ini menarik karena pengarang tidak menyelesaikan ceritanya dengan jelas, sehingga pembaca disuruh untuk menyelesaikannya dengan angan-angannya sendiri-sendiri. Ketika membaca novel ini, saya dapat berpendapat bahwa sebuah kehidupan rumah tangga yang dibangun tanpa adanya rasa saling cinta antara suami-istri, kebanyakan tidak akan harmonis dan bahkan bisa terjadi perceraian. Karena mereka tidak pernah akur, tidak saling bertukar pikiran. Jika ada Masalah tidak pernah dipecahkan bersama-sama sehingga tidak ada komunikasi yang terjalin yang berakibat salah paham. Itulah salah satu yang menjadi alasan masyarakat untuk menghidari kawin paksa,menikah karena dijodohkan biasanya tanpa dasar cinta.


Karya Marah Rusli
SITI NURBAYA
Marah Rusli Lahir di Padang 7 Agustus 1889. Berpendidikan Sekolah Dokter hewan di Bogor. Ia pernah menjadi Mayor Angkatan laut RI di Tegal dan pernah menjadi dosen Sekolah Tinggi Dokter Hewan di Klaten. Namanya mulai terkenal ketika novel ini diterbitkan yaitu tahun 1922 sehingga Novel Siti Nurbaya termasuk dalam Masa Pertumbuhan Kaya Sastra Indonesia 1900-1945 yaitu Angkatan Balai Pustaka. Keterkenalan novel ini sulit ditandingi oleh karya yang lainnya. Judul dalam novel ini menggunakan nama perempuan yaitu tokoh dari cerita ini sendiri yaitu’’Siti Nurbaya’’. Inilah sekilas ceritanya :
Di Minangkabau, Padang, Sumatra Barat terdapat sepasang remaja yang hidup dengan keceriaan, Siti Nurbaya dan samsul Bahri namanya. Mereka hidup bahagia karena orang tua mereka adalah orang terpandang. Samsul Bahri adalah anak tunggal dari bangsawan Sutan Mahmud Syah, sedangkan Siti Nurbaya adalah anak tunggal saudagar kaya Baginda Sulaiman. Ketika Ibu Siti Nurbaya meninggal, bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu Ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya Ayahnya meminjam uang dari seorang rentenir sekaligus saudagar kaya bernama Datuk Maringgih.
Pada mulanya usaha Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Mengetahui hal itu rentenir seperti Datuk Maringgih merasa iri hati dan tidak mengingkan usaha Ayah Siti Nurbaya itu sukses. Untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya untuk membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Akhirnya hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Inilah kesempatan yang dinanti oleh Datuk Maringgih. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Hutangnya dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih. Itulah tawaran yang diberikan Datuk Maringgi kepada Baginda Sulaiman.
Menghadapi kenyataan itu, Baginda Sulaiman yang memang sudah tak sanggup lagi membayar hutang-hutangnya tidak menemukan pilihan lain. Mengetahui hal tersebut Siti Nurbaya rela menyerahkan dirinya menjadi istri Datuk Maringgi. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya dengan menyetujui menikah dengan Datuk Maringgih. Ia menangis menghadapi kenyataan itu, Siti Nurbaya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua renta. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsul bahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Siti Nurbaya dan Samsul saling mencintai. Ketika Samsul bahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya, dia sangat terpukul oleh kenyataan itu. Cintanya yang menggebu-gebu pada Siti Nurbaya hancur sudah. Dan begitupun dengan Siti Nurbaya sendiri, hatinya pun begitu hancur, cinta kasihnya yang begitu dalam pada Samsul bahri kandas sudah akibat petaka yang menimpa keluarganya.
Pada suatu hari ketika Samsul bahri sedang liburan kembali ke Padang, ia dapat bertemu empat mata dengan Siti Nurbaya yang telah resmi menjadi istri Datuk Maringgih. Pertemuan itu diketahui oleh Datuk Maringgih sehingga terjadi keributan. Datuk Maringgih sangat marah melihat mereka berdua yang sedang duduk bersenda gurau itu, sehingga Datuk maringgih memarahi dan dianiaya Siti Nurbaya. Samsul bahri tidak diam saja ketika melihat kekasihnya dianiaya, Datuk Maringgih dia pukul hingga jatuh ketanah. Karena kaget dan takut, Siti Nurbaya berteriak dengan keras hingga teriakan Siti Nurbaya terdengar oleh ayahnya yang tengah terbaring karena sakit keras karena derita beruntun yang menimpanya. Mendengar teriakan anak yang sangat dicinatianya itu baginda Sulaiman berusaha bangkit, tetapi akhirnya jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas terakhir.
Mendengar itu, ayah Samsulbahri yaitu Sultan Mahmud yang menjadi penghulu kota Padang, malu atas perbuatan anaknya. Sehingga Samsul bahri diusir dan harus kembali ke Jakarta. Ia berjanji untuk tidak kembali lagi kepada keluargannya di Padang. Datuk Maringgih juga tidak tinggal diam, Siti Nurbaya diusirnya, karena dianggap telah mencoreng nama baik keluarganya dan adat istiadat. Siti Nurbaya kembali ke kampungnya dan tinggal bersama bibinya. Sementara itu Samsul bahri yang ada di Jakarta memendam rasa dendam yang amat dalam kepada Datuk Maringgih yang telah merebut kekasihnya. Setelah Siti Nurbaya mendengar bahwa kekasihnya diusir orang tuanya, ia mempunyai niat untuk pergi menyusul Samsul bahri ke Jakarta. Namun di tengah perjalanan dia hampir meninggal dunia, ia terjatuh kelaut karena ada orang yang mendorongnya. Tetapi Siti Nurbaya tidak jadi jatuh ke laut karena diselamatkan oleh seseorang yang telah memegang bajunya. Tetapi, walaupun dia selamat dari marabahaya tersebut masalah kembali datang. Setibanya di Jakarta, Siti Nurbaya ditangkap polisi, karena surat telegram Datuk Maringgih yang memfitnah Siti Nurbaya membawa lari emas dan hartanya. Tak lama kemudian Siti Nurbaya meninggal dunia karena memakan lemang beracun yang sengaja diberikan oleh kaki tangan Datuk Maringgih. Kematian Siti Nurbaya itu terdengar oleh Samsul bahri sehingga ia menjadi putus asa dan mencoba melakukan bunuh diri tapi tidak meninggal. Sejak saat itu Samsul bahri tidak meneruskan sekolahnya dan memasuki dinas militer.
Sepuluh tahun kemudian, dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsul bahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsul bahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang Samsul bahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur. Sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsul bahri dengan parangnya. Samsulbahri alias Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Sebelum dia meninggal dunia, dia minta agar dipertemukan dengan ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Ayah Samsulbahri juga sangat menyesal telah keras kepada anaknya. Setelah berhasil betemu dengan ayahnya, Samsul bahripun meninggal dunia. Sebelummeningga dia minta kepada orangtuanya agar nanti di kuburkan di Gunung Padang dekat kekasihnya Siti Nurbaya. Perminataan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan kuburan kekasihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah kedua kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.
Tema yang terkandung dalam novel ini yaitu; “Satu percintaan antara dua remaja yang tidak dapat berakhir dengan pernikahan karena penghianatan seseorang yang hanya mementingkan kekayaan dunia dan hawa nafsu. Novel ini mengungkapkan latar sosial yang jelas sehingga memberikan informasi yang baik kepada pembaca mengenai kehidupan masyarakat Minangkabau. Cerita ini menggunakan plot kronologis atau progresif, yang lebih dikenal dengan Alur Maju. Gaya penulisan yang di gunakan masih menggunakan gaya bahasa dan sastra lama yang menggunakan ejaan tempo dulu, sehingga mengharuskan adanya pemahaman yang lebih dalam agar makna dalam novel tersebut dapat dipahami.
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS